Prediksi Pencarian Google: Cawapres 2024, Siapa yang Paling Dicari?

Palinghebohviral.com Jakarta, Indonesia — Google Trends, sebagai penanda kecenderungan pencarian di mesin pencari Google, menyoroti dominasi calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dibandingkan dua cawapres lainnya. Menurut data Google Trends hingga 31 Januari, Gibran Rakabuming mendominasi mayoritas pencarian di Google di hampir semua provinsi Indonesia.

Grafik pencarian Gibran unggul jauh dari cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD dalam periode 30 hari terakhir, dengan pertanyaan atau query seperti ‘gibran’, ‘cak imin’, dan ‘mahfud’.

Namun, ketiganya mencapai puncak pencarian saat debat cawapres kedua pada Minggu (21/1).

Grafik Perbandingan Google Trends 3 Cawapres dalam 30 Hari Terakhir.

Prediksi Google Trends Pilpres 2024

Pada debat tersebut, Gibran mendapat sorotan karena tingkahnya yang terlihat mencari jawaban saat Mahfud menjawab pertanyaan tentang greenflation atau green inflation. Pada 21 Januari, Gibran meraih skor 100 dalam Google Trends, sementara Mahfud mendapat skor 40, dan Cak Imin mendapat skor terendah, 19 dalam periode yang sama.

Gibran mendominasi hampir di semua provinsi, terutama di Sulawesi Tenggara dengan porsi pencarian mencapai 71 persen, sedangkan Cak Imin dan Mahfud masing-masing 5 persen dan 24 persen.

Grafik pencarian Gibran tetap unggul ketika query diubah menjadi ‘Gibran Rakabuming’, ‘Muhaimin Iskandar’, dan ‘Mahfud MD’.

Google Trends Ungkap Keunggulan Anies, Bisa Jadi Prediksi Pemilu 2024?

Namun, dengan query tersebut, pencarian Cak Imin sedikit lebih unggul daripada Mahfud. Pada puncak pencarian saat debat cawapres, Gibran meraih skor 100, Cak Imin 45, dan Mahfud 42.

Lalu, apa saja yang dicari terkait Gibran?

Berdasarkan data Google Trends, query ‘ipk gibran’ menempati urutan pertama di pencarian Google terkait Gibran, berdasarkan Rising Queries. Rising Queries adalah istilah yang dicari dengan kata kunci yang dimasukkan, yang memiliki pertumbuhan volume paling signifikan dalam waktu tertentu.

Selain itu, ada pencarian mengenai sosok Thomas Lembong, Co-Captain Timnas AMIN yang beberapa kali disorot oleh Gibran saat debat dengan query ‘tom lembong’. Kemudian, ada pencarian tentang ‘greenflation’, istilah yang ditanyakan Gibran kepada Mahfud.

Google Trends sebagai Alat Analisis

Google Trends memberikan indeks deret waktu dari volume permintaan pencarian atau query dalam pencarian Google di wilayah geografis tertentu. Indeks query didasarkan pada pembagian query, yakni total volume query untuk pencarian kata kunci di suatu wilayah dibagi dengan jumlah total query di wilayah tersebut selama periode waktu tertentu, dengan angka 0-100.

Melalui studi berjudul ‘Predicting the Results of the 2019 Indonesian Presidential Election with Google Trends Analysis of Accuracy, Precision, and Its Opportunity’ (2021), Ali Ar Harkan dan Eriyanto dari Universitas Indonesia mengungkap potensi Google Trends dalam memprediksi pilihan politik.

Mereka membandingkan data Google Trends dua capres di Pemilu Presiden 2019, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dengan angka real count Pemilu Presiden 2019 yang dipublikasikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 21 Mei 2019.

Analisis Data Pemilu Sebelumnya

Menurut hitungan KPU, Jokowi di Pemilu 2019 meraih 55,50 persen suara nasional (real count), sementara Prabowo 44,50 persen suara. Google Trends hanya memprediksi secara akurat kemenangan paslon nomor urut 1 (Jokowi-Ma’ruf Amin) di 12 provinsi dari 34 provinsi.

Studi tersebut menunjukkan bahwa Google Trends memiliki akurasi dan presisi yang rendah dalam memprediksi pilihan politik pemilih Indonesia berdasarkan data real count Pilpres 2019.

Kesimpulan Analisis dan Implikasi Google Trends

Peneliti juga menyebutkan bahwa penelitian tentang perilaku pemilih harus terus menggunakan metode survei dan wawancara dan tidak akan digantikan oleh Google Trends dalam waktu dekat. Namun, penelitian menemukan bahwa Google Trends dapat menjadi alat untuk memprediksi pemilu jika ditambahkan dengan analisis sentimen yang lebih representatif dan fitur indeks pencarian untuk setiap aktivitas pencarian pengguna.

Sebabnya, pencarian Google bisa terkait dengan informasi positif atau negatif pemilih. Saat pencarian tinggi, ada kemungkinan masyarakat yang lebih memilih kandidat A mencari informasi dengan menggunakan mesin pencari Google untuk kandidat B “namun dengan motivasi dan sentimen negatif.” Google Trends tidak memberikan data tentang sentimen pencarian tersebut.

“Semakin tinggi intensitas pemilih dalam mencari informasi terhadap seorang calon, belum tentu pemilih tersebut lebih memilih calon tertentu,” menurut peneliti. “Kelemahan ini merupakan keterbatasan Google Trends sebagai alat yang berguna untuk memprediksi pilihan politik.”

Meski demikian, penelitian mengakui bahwa Google Trends sebenarnya bisa dikembangkan sebagai alat untuk memprediksi pilihan politik pemilih. Google Trends memiliki keunggulan dalam mengukur dominasi isu-isu tertentu dalam populasi secara efisien melalui pengamatan volume pencarian kata kunci dan/atau topik di mesin pencari Google.

No comments yet! You be the first to comment.

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *